Feeds:
Pos
Komentar

Ulang tahun Saykhina ke 55

Info dari Gus The Law: Kepada warga Naqsyabandie dapat ikut serta bertabaruk dengan membacakan Al Fatihah seumur atau Tabarok 3x.

IKHBAR PASULUKAN MUHARRAM!

السلام عليكم ورحمة الله وبركاتة

bismi_bt_175w_1c2

Atas instruksi Guru, Kepada Muasis dan Pengurus MATTAQA:

Harap disampaikan kepada seluruh Jamaah bahwa

PASULUKAN MUHARRAM 1430H

insyaAllah akan dilaksanakan:

Gel. 1: 3 Muharram 1430 (31 Desember 2009).


Gel. 2: 24 Muharram 1430 (21 Januari 2009).


HAFLAH HAUL IBUNDA NYAI

HJ  SITI ZUZAINAH

Insya-Allah akan dilaksanakan pada tanggal  5 Safar 1430 (1 Februari 2009), di Zawiyah KASEPUHAN ATAS ANGIN.


Diharapkan setiap MATTA mengirimkan 2 person Tenaga Khidmah, pada 5 hari sebelum pelaksanaan Suluk (26 Desember 2008).

Sekian, Terimakasih.

MATTAQA  PUSAT


Kami mengucapkan selamat dan sukses atas Wisuda

Gus Ruhullah Taqi Murwat

(Pimpinan FORSTASS).

Semoga Sukses!

 

Ikut berbahagia,

Tim FORSTASS on line

Basmala wie sie in den meisten Koran-Handschriften zu finden ist

السلام عليكم ورحمه الله

Wahai Kaum Muslimin dan Muslimat, khususnya Warga Naqsyabandie.

Kami ikhbarkan bahwa:

HAUL AL MAGFURLAH KH NAHRAWI QS KE 30

& Birul Walidain

telah dilaksanakan pada tanggal 25-26 Oktober 2008

di PP Qashrul ‘Arifin Pusat,  Plosokuning Jogjakarta.

Kepada Para Jamaah Naqsyabandi QA dan Masyarakat Umum,

kami ucapkan terimakasih atas partisipasinya, semoga mendapatkan taufik dan hidayah.

Wassalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuhu…

Tim QA On-Line

Zahir, Tarekat, Hakikat & Marifatullah

Diterjemahkan dari bahasa Jerman

oleh : Dedy Alextro July 2008

Tulisan dengan bahasa Jerman ini ditulis dalam halaman akhir Al Quran (Berbahasa Jerman) terbitan Hakikat Yayincilik, Istambul Turkey. Al Quran ini diberikan kepada saya dengan tak disangka-sangka ketika saya berniat ingin mencari Bible untuk saya pelajari, tetapi bukan bible yang saya peroleh, tetapi mereka memberikan saya Al Quran dengan bahasa Jerman tersebut. Di halaman belakang Al Qur’an tertulis tulisan berikut:

Wissen der Zahir: Durch Lesen, Schreiben, und Lernen von ainem Lehrer erworbenes Wissen.

Pengetahuan zahir : Melalui membaca, menulis, dan belajar dari seorang guru mendapatkan pengetahuan.

Wissen der Tarikat : Tarikat ist der weg der anbetungen, der einzuschlagen ist, um Allah den erhabenen zu erkennen, zu finden und Ihm nahe zu kommen.

Pengetahuan Tarekat : Tarekat adalah jalan ibadah, pemukulan ke dalam, tentang Allah dengan khusuk ke arah pandangan yang jelas, untuk menemukan dan Dia tergambar dekat bahkan hadir.

Wissen der Hakikat : Das Wissen, das sich durch vereinigung von wissen der zahir und wissen der tarikat in einem menschen verwirklicht

Pengetahuan hakikat adalah : Pengetahuan, tentang diri melalui organisasi dari pengetahuan zahir dan pengetahuan tarekat dalam aktualisasi diri seseorang (menghasilkan inisiatif, jalan keluar, intuisi)

Wissen der Marifetullah : das wissen, das ohne erwerbung von Allah dem Allhöchsten gegeben wird.

Pengetahuan Marifetullah : pengetahuan, pemberian dari Allah sangat tinggi tanpa kemahiran (berusaha untuk mahir).

Das wissen des sufismus (tasawwuf) ist fast mit seinem ganzen Geheimnis enthüllt, eingehend erläutert. Mit der zeit werden wir es, so Allah will, in sprachen übersetzen und in der ganzen welt publizieren

Pengetahuan tasawuf adalah dekat dengan eksistensi keseluruhan rahasia terselubung, dijabarkan penjelasan. Dengan bertambahnya umur kita akan jatuh, maka Allah berkehendak, dalam firman yang diterjemahkan dalam keseluruhan dunia yang diciptakan.

SUFISM: The Science of Perfecting Awareness

Dikirim oleh: Simurgh simurgh_qs@yahoo.co.id
The word ‘Sufism’ has no original meaning in English. It appears to be a symbolic representation (and sometimes trivialization) of a significant and meaningful word in Arabic (Tasawwuf, self-purification). This Arabic word denotes, among other things, the purification process deriving from, and whose existence is solely dependant upon and the sole point of, a definable and observable activity, i.e. the study and practice of Islam under the directorship of an authorized and truly matured spiritual master.
The study and application of the above mentioned purification process, including its practices, analysis and documentation, became the domain of the Sufi masters and students, and it came to be recognized as the esoterics, or inner knowledges, of Islam. Hence the similarity of Sufism to western psychology and the derivation of its claim to the title ‘Islamic Psychology’.

There are of course obvious and glaring differences between Sufism and western psychology, most notably in intention. But it is a part of the hope and work of the sufis that as western psychologists continue their leading edge search into the spiritual traditions of other cultures, they will be able to unify with and utilize the common intentions and goals of most spiritual teachers.

Although sufis do not claim their system to be the only way, (as it is both obvious and very respectfully noted that many effective systems have come before it), we do point out that Islamic Sufism is the most recent and complete emergence of the principles of spiritual liberation and certainly famous for it’s efficacy.
Liberation implies ‘being set free’. It is not to be equated with rebellion, revolution or self-assertiveness. It can only be accomplished by an unconditional surrender, the reality of which must be tested. The only true test of a master is by another master. A sufi adage goes “call no man master lest he set you free.” This kind of spiritual freedom only increases the love, respect and service one has for one’s teacher, much the same as one reaches maturity and goes about one’s life independently never losing the love and respect for one’s caring parents.

All spiritual traditions (religions) have their exoteric disciplines (practices) and their esoteric sciences. These sciences have evolved like any others as a result of study and observation of the beneficial effects of devotion to the practice of the outward disciplines.

The true point of all religions is to provide a formula (teaching) and catalyst (teacher) for alchemy (the spiritual transformation of the student); the guided transformation of lead (the childish ego) into gold (the spiritually mature adult). So all teachings must have their outward formulas, but without the chemist, the alchemist, the transformed teacher to act as guide, these laws are without reality, meaningless and ineffective. Under mature guidance, Islam is a spiritually and socially transformative influence par excellence, and the sufi way is widely known as an alchemy for spiritual evolution.

The Perfection of Awareness
There are three stages to the perfection of awareness (at the end of which you are no longer aware, it is only Allah who is aware). They are:

Islam – Acceptance and Surrender (to the way of the peace and the love) – Surrender begins with the realization that guidance cannot be and should not be ’self-provided’, that it must be sought at the hand of a realized spiritual master; and acting in accordance with that knowing. At this point, according to your level of Himma (willingness), you will be put into contact with the classical Islamic learning process.

Iman – Correct faith (with experientially verifiable certainty). The perfection of faith is its conversion to certainty (Yaqin) yielding correctness in behavior and knowledge coming from the complete realization of Truth and a deep understanding of the human situation. This process has three phases: Hearing the Truth, Seeing the Truth, and Being the Truth.

Ihsan – Perfect guidance (finished, liberated, able to guide others). Spiritual Liberation implies the perfection of one’s understanding of purpose and purity of intention. It does not imply the kind of liberty that supports childish behavior and undisciplined carelessness. This is the holy station of ‘Salik al Majdhubi”, the contained and sober intoxicated; the Sufi who is the union of the way of the walking (Shari`at – Muhammadun Rasulullah) and the Ultimate Reality (Haqiqat – La ilaha illa ‘llah).
The completion of this process of alignment is the ultimate fulfillment and the end of personal desire and hence the end of the ruling power of the perverse ego (both your own and others’), since ego is the defensive aggressive tool constructed for the purpose of attaining personal desire. Personality is thence put to the uses that Allah intended for it in the first place, namely service, friendliness and education.

www.naqsyabandie.wordpress.com

The Qashrul ‘Arifin  Naqsyabandie Centre  Jogja!

Info Haji Abah II

Berikut kami informasikan tentang perjalanan ibadah haji Abah di tanah suci selama 40hari, t’hitung sejak tgl 27 Des’07-06 Jan’08. dan p’jalanan ini juga merupakan p’jalanan suluk beliau – merambah p’jalanan para kekasih dan menapak tilas p’jalanan para Nabi -.

Informasi ini udah sangat dinantikan, karena udah banyak yang menanyakan kepada kami.

Bila merasa masih kurang, Anda dapat memesan VCD perjalanan Abah ketika Haji….

melalui  alhaq66@naqsyabandie.com.

Alhamdulillah, dengan berkah ALLAH perjalanan ibadah Haji Abah dapat t’laksana dengan lancar, bahkan sangat banyak kemudahan2 dan keindahan yang senantiasa mengiringi p’jalanan beliau bersama jamaah penderek..

Berikut foto-foto p’jalanan Abah ketika haji:

 abah ning1

 Abah bersama Puteri Kesayangan, Ning Minda

saat berada di Masjid Nabawi tepatnya di depan makam Rasul

 

 

 

 Abah saat bersama salah satu Komandan Askar.

Banyak orang Arab yang tertarik dengan Abah,

sehingga Abah dapat berfoto-foto hingga ke sekitar Masjid Nabawi dengan aman.

 

berdiri bersama

 Abah bersama Ning dan Jamaah,

saat berada di makam Rasul, selesai tawajuhan

 

 

istirahat

 Seusai tawajuhan di Masjid Nabawi

duduk b’khalaqoh bersama syaikhina dan bershuhbah

 

dekat ka’bah

Ini adalah Foto Abah saat berada di dekat Ka’bah,

tempat yang banyak dirindukan ummat Islam dunia…

 

 

suasana ka’bah waktu itu

Beginilah suasana saat dilakukan thowaf di ka’bah waktu itu.

Tidak sembarang orang boleh membawa kamera di area ini.

 

 

jabal nur

Abah saat berziarah ke Jabal rahmah,

yaitu tempat bertemunya Nabi Adam dan Siti Hawa….

(Di tempat itu banyak orang menuliskan nama kekasihnya,

atau memohon pada Allah untuk mendapatkan  jodoh)

 

night

  Abah-Ning Minda berada di depan Masjidil Haram setelah melaksanakan thowaf wada’

 

 

Setelah prosesi ibadah haji selesai, Abah pulang ke Indonesia, mendarat di Solo.

Kami bersama Para Jamaah, 10 armada menjemput Abah dan Jamaah di Wisma Haji Solo. Selanjutnya dilakukan perjalanan ke Yogyakarta…..

Masyarakat Plosokuning sekitar Pondok meminta agar Abah menuju Masjid Gede sebelum ke Pondok. Acara penyambutan berlangsung meriah, hingga tengah malam.

Tanggal 9 Januari 2008 dilaksanakan tasyakuran haji Abah dan Haul Ibunda Nyai.

Telah diundang untuk ikut serta mengisi acara tersebut adalah Seorang Kyai Sepuh

yang tak asing lagi di Yogyakarta, yang memiliki PP An-Nur, PP Hafal Qur’an, Ngrukem, yaitu KH Nawawi (Mbah Nawawi Ngrukem).   Acara berlangsung meriah dan lancar.

Pada acara tersebut juga banyak diedarkan kalender Naqsyabandiyah 2008.

Kalender 1 muka 1 tahun dengan ukuran A2.

Bisa dipesan melalui alhaq66@naqsyabandie.com atau info@naqsyabandie.com.

Team Redaksi QA pusat 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Info Haji Abah

Salam,
Menu Wuquf hari Selasa di Arab makmum Abah
Kira2 di Indonesia pukul 4 sore.
1. Tawajuhan
2. Membaca Surat Yasin, Waqi`ah, dan Tabarok.
3. Tahlil
4. Khotam dalail khoirot
Hari Rabu Sholat Arofah habis Sholat Dhuhur
Kaifiyah :
Kaifiyah sholat arafah adalah membaca al-fatihah, ayat kursi, al-kafirun, dan al-ikhlash (2 rakaat)
Kaifiyah dzikir : hadiah fatihah para guru, istigfar 25X, sholawat 5X, al-fatihah 1X, al-Ikhlas 100X tiap orang.
Hari Kamis lebaran Idul Adha.

Salam,
17 Desember 2007
ttd.
Goes al-Haq

Info Haji Abah

Alhamdulillah, kami informasikan kepada Jamaah Naqsyabandie QA,

bahwa saat tulisan ini ditulis(6 December), insya ALLAH, Abah masih di Madinah….

Besuk mulai berangkat ke Mekah.

Alhamdulillah lagi, selama di Madinah, Abah dalam keadaan sehat. Bahkan mendapat fasilitas VIP, padahal Abah tidak memilih ONH Plus..  Berbagai kemudahan dari Allah,

diperoleh Beliau….. Bahkan lokasi hotel berada tepat di depan Masjid Nabawi.

Saat di Madinah, Abah telah ber-ziarah ke makam Rasul, pada malam-malam harinya…

Di dekat makam Rasulullah, Abah banyak membaca Dalail Khairat.

Alhamdulillah lagi, di Masjid Madinah, Abah bertemu dengan  Pengikut Naqsyabandie Sovyet, Utsbekistan. Mereka berbincang dengan bahasa Arab. Sampai-sampai mereka tertarik dengan cincin zamrud Abah, dan berharap Berkah Beliau.

Suhu udara malam, dirasakan Abah seperti suhu udara ketika biasa di Ciamis.

Jadi tidak kaget dengan kondisi suhu dingin tersebut.

Semoga perjalanan selanjutnya menjadi lancar…. Amin.

Kepada Jamaah Naqsyabandie QA, diharapkan dapat memberikan dukungan pada Abah

saat Naik haji, yaitu dzikr, istiqomah….  info lebih lanjut, hub Gus Mahda untuk mendapatkan

tugas tersebut:  alhaq66@yahoo.com.

Mohon disebutkan Nama lengkap, HP, Alamat surat.

Salam,

Looking for Allah before ….

abah

 “Looking for Allah before You looking for everything”

Komentar Imam Mazhab Tentang Thariqat Sufiyah

1. Imam Abu Hanifah RA:

Imam Abu seorang imam mazhab dari empat mazhab terkenal, ternyata juga seorang Mursyid Thariqah Sufi.

Diriwayatkan oleh seorang Faqih Hanafi al-Hashkafi, menegaskan, bahwa Abu Ali ad-Daqqaq ra, berkata, “Aku mengambil Thariqah sufi ini dari Abul Qasim an-Nashr Abadzy, dan Abul Qasim mengambil dari Asy-Syibly, dan Asy-Syibly mengambil dari Sary as-Saqathy, beliau mengambil dari Ma’ruf al-Karkhy, dan beliau mengambil dari Dawud ath-Tha’y, dan Dawud mengambil dari Abu Hanifah Ra.

Abu Hanifah dikenal sebagai Fuquha ulung, ternyata tetap memadukan antara syariah dan haqiqah. Dan Abu Hanifah terkenal zuhud, wara’ dan ahlu dzikir yang begitu dalam, ahli kasyf, dan sangat dekat dengan Allah Ta’ala, berkah Tasawuf yang diamalkannya.

Jika ada pertanyaan, kenapa para Mujtahidin itu tidak menulis kitab khusus mengenai Tasawuf, jika mereka mengikuti aliran Sufi?

Imam Asy-Sya’rany, Mujathid dan Ulama besar mengatakan, “Para Mujtahidun itu tidak menulis kitab khusus mengenai tasawuf, karena penyakit-penyakit jiwa kaum muslimin di zamannya masih sedikit. Mereka lebih banyak selamat dari riya’ dan kemunafikan. Mereka yang tidak selamat jumlahnya kecil. Hampir-hampir cacat mereka tidak tampak di masa itu. Sehingga mayoritas Mujtahidin di masa itu lebih konsentrasi pada bidang ilmu dan mensistematisir pemahaman pengetahuan yang tersebar di kota dan desa, dengan para Tabi’in dan Tabiit Tabi’in, yang merupakan sumber materi pengetahuan, sehingga dari mereka dikenal timbangan seluruh hukum, dibanding berdebat soal amaliyah qalbiyah sebagian orang yang tidak banyak muncul”.

2. Imam Malik Ra.

Beliau mengatakan soal tasawuf ini dengan kata-kata yang sangat popular hingga saat ini:

“Siapa yang bersyariat atau berfiqih tanpa bertasawuf, benar-benar menjadi fasiq. Dan siapa yang bertasawuf tanpa bersyariat (berfiqih) benar-benar zindiq. Siapa yang mengintegrasikan Fiqih dan Tasawuf benar-benar menapaki hakikat kebenaran.”

3. Imam Syafi’i Ra.

Beliau berkata: “Aku diberi rasa cinta melebihi dunia kalian semua: “Meninggalkan hal-hal yang memaksa, bergaul dengan sesama penuh dengan kelembutan, dan mengikuti thariqat ahli tasawuf.”

4. Imam Ahmad bin Hambal Ra.

Sebelum belajar Tasawuf, Imam Ahmad bin Hambal menegaskan kepada putranya, Abdullah ra. “Hai anakku, hendaknya engkau berpijak pada hadits. Anda harus hati-hati bersama orang-orang yang menamakan dirinya kaum Sufi. Karena kadang diantara mereka sangat bodoh dengan agama.” Namun ketika beliau berguru kepada Abu Hamzah al-Baghdady as-Shufy, dan mengenal perilaku kaum Sufi, tiba-tiba dia berkata pada putranya “Hai anakku hendaknya engkau bermajlis dengan para Sufi, karena mereka bisa memberikan tambahan bekal pada kita, melalui ilmu yang banyak, muroqobah, rasa takut kepada Allah, zuhud dan himmah yang luhur (Allah)”

Beliau mengatakan, “Aku tidak pernah melihat suatu kaum yang lebih utama ketimbang kaum Sufi.” Lalu Imam Ahmad ditanya, “Bukanlah mereka sering menikmati sama’ dan ekstase ?” Imam Ahmad menjawab, “Dakwah mereka adalah bergembira bersama Allah dalam setiap saat…”

5. Imam Al-Muhasiby RA.

Abu Abdullah al-Harits Al-Muhasiby, wafat tahun 243 H, diantara karyanya adalah al-Luma’ dan Kitabul Washaya, yang sangat popular diantara kaum Sufi. Beliau pernah mengatakan berhubungan dengan perjuangan dirinya dalam mencapai wushul kepada Allah, melalui jalan Tasawuf dan tokoh-tokoh Sufi, “Amma Ba’du, sudah ada penjelasan, bahwa ummat ini terpecah menjadi tujupuluh lebih golongan Diantara golongan itu ada satu golongan yang selamat, Wallahu A’lam sisanya. Dan sepanjang usia saya, sering diperlihatkan perbedaan antara ummat. Saya mengikuti metode yang jelas dan jalan utama. Aku mencari ilmu dan amal. Saya menapak jalan akhirat melalui petunjuk para Ulama, dan saya memegang ayat Al-Qur’an melalui penakwilan para fuqoha’, dan aku merenungkan urusan ummat, dan menganalisa pandangan dan mazhabnya. Saya berfikir mengenai apa yang mampu, dan betapa banyak perbedaan yang begitu mendalam yang menenggelamkan banyak orang.

Hanya sekolompok manusia yang selamat. Saya melihat bahwa mereka berpendapat bahwa golongan merekalah yang selamat.

Setelah menggambarkan berbagai kelompok mazahab dan golongan, Al-Muhasiby mengatakan:

“Kemudian aku sangat mencintai mazhab kaum Sufi dan sangat banyak mengambil faedah dari mereka, menerima adab-adab mereka karena ketaatan mereka, yang sangat lurus, dan tak seorang pun melebihi mereka. Kemudian Allah membukakan padaku bukti-bukti tasawuf, keutamaannya mencerahkan jiwaku, dan aku berharap agar keselamatan ada pada orang yang mengakuinya, atau merias dengan perilakunya. Aku sangat yakin adanya pertolongan besar bagi yang mengamalkannya, dan aku pun melihat adanya pelencengan pandangan bagi yang menentangnya. Aku juga melihat adanya kotoran yang mengerak pada hati yang menentang tasawuf, dan terlihat pula adanya argumentasi yang luhur bagi yang memahaminya. Bahkan kemudian, aku mewajibkan diriku untuk mengamalkannya. Aku meyakininya dalam akidah rahasia batinku, dan meliputinya pada kedalaman rasaku, bahkan kujadikan tasawuf itu sebagai asas agamaku, dimana aku bangun amal-amalku, lalu di bangunan itu aku mondar-mandir dengan perilaku hatiku…….”

(Dari berbagai sumber)

Selamat Datang

Selamat Datang di BLOG kami.

Welcome back to Our BLOG….

::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::: 

Kepada Para Sahabat yang telah selesai melangit (Mujahadah & Suluk):

 Selamat datang kembali ke bumi. Kami ucapkan selamat menempuh hidup baru.

 Jangan lupa doakan kita semua yang masih di bumi. Semoga Sukses.

::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Biografi Syaikh Nachrawi QS.

Download Biografi lengkap : Biografi Syaikh Nachrawi.pdf

  Syaikh Nachrawi

K.H.R. Nachrawi  adalah putra pertama dari pasangan K.H. Abdullah dan Ibu Sulimah. Ia lahir di sebuah kampung yang jauh dari hiruk pikuk serta keramaian kota, tepatnya di kampung Terasan, Bandongan, Magelang, Karisidenan Kedu, Jawa Tengah pada tahun 1320 H/1900 M. Ia dilahirkan di tengah-tengah keluarga yang religius yang begitu taat menjalankan ajaran agama. Ayahnya, K.H.  Abdullah, selain dikenal sebagai Mursyid Tarekat Syadzili di desa Terasan, Bandongan, Magelang juga pengasuh pondok pesantren. Ia dikenal sebagai penggerak pembangunan masjid-masjid untuk mengembangkan agama Islam. Selain itu ia adalah tokoh agama yang sangat dihormati dan disegani oleh masyarakat sekitarnya  karena pribadinya yang baik  dan memiliki pergaulan yang luas dengan masyarakat.

K.H.R. Nachrawi merupakan seseorang yang terlahir dengan sosok cerdas atau biji yang baik dan hidup serta dibesarkan dengan pendidikan orang tuanya dalam lingkungan perjuangan penyebaran agama Islam dengan mendirikan masjid-masjid yang memang membentuk kepribadianya sebagai pejuang dan mendukung kemajuan keilmuan agamanya. Dia termasuk keturunan orang-orang pilihan, yakni dari kalangan keluarga terhormat dan turunan para kyai serta para Sayyid, juga masih keturunan ningrat atau darah biru dari Kerajaan Majapahit hingga Kerajaan Mataram. K.H.R.Nachrawi adalah putra K.H. Abdullah putra K Hambali putra K.R. Muhammad Gozali putra R. Ay. Muso putra R. Pangeran Hangabehi atau yang lebih dikenal dengan Kyai Nur Iman/R..M. Ihsan putra  Kanjeng Susuhunan Prabu Amangkurat Jawa di Kartasura, yang bersambung hingga Brawijaya V Raja Majapahit VII.

Dalam mengembangkan kethariqatan dan merealisasikan ajaran agama ia mengembangkannya masuk melalui pendekatan budaya dan membangun masjid-masjid serta pendekatan kepada masyarakat di daerah tersebut yang ahli dalam bidang agama, kemudian mengangkatnya sebagai kyai di daerah tersebut, dan pembentukan pola pikir jamaah sekitar masjid itu, sehingga mempunyai budaya dan adat istiadat tersendiri, maka nilai-nilai keislaman secara bertahap dapat diterima oleh masyarakat. Disamping itu juga didukung oleh kemampuannya dalam memanifestasikan nilai-nilai ajaran Islam ke dalam bentuk kesenian sebagai suatu yang disenangi dan merupakan bagian dari kebutuhan dalam menerima ajaran tersebut.

Silsilah Nasabiyah

Keterangan :

A = Silsilah Nasabiyah dari Rasulullah SAW

B = Silsilah Nasabiyah dari Raja Majapahit

Mazhab

Sumber: Wikipedia, dan 1001 Duka Himpunan Kisah-kisah Menyayat Hati Oleh Muhammad Isa Selamat, Darul Numan

Mazhab (bahasa Arab: مذهب, madzhab) adalah istilah dari bahasa Arab, yang berarti jalan yang dilalui dan dilewati, sesuatu yang menjadi tujuan seseorang baik konkrit maupun abstrak. Sesuatu dikatakan mazhab bagi seseorang jika cara atau jalan tersebut menjadi ciri khasnya. Menurut para ulama dan ahli agama Islam, yang dinamakan mazhab adalah metode (manhaj) yang dibentuk setelah melalui pemikiran dan penelitian, kemudian orang yang menjalaninya menjadikannya sebagai pedoman yang jelas batasan-batasannya, bagian-bagiannya, dibangun di atas prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah.[1]

Mazhab yang digunakan secara luas saat ini antara lain mazhab Hanafi, mazhab Maliki, mazhab Syafi’i dan mazhab Hambali dari kalangan Sunni. Sementara kalangan Syi’ah memiliki mazhab Ja’fari, Ismailiyah dan Zaidiyah.

Untuk kisah lain dari Ulama mazhab tersebut, bisa klik:

1. Imam Abu Hanifah

2. Imam Malik

3.Imam syafi’i

4.Imam Ahmad Hambal

Tarekat

Sumber: Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.

Tarekat berasal dari bahasa Arab thariqah, jamaknya tharaiq, yang berarti: (1) jalan atau petunjuk jalan atau cara, (2) Metode, system (al-uslub), (3) mazhab, aliran, haluan (al-mazhab), (4) keadaan (al-halah), (5) tiang tempat berteduh, tongkat, payung (‘amud al-mizalah).

Menurut Al-Jurjani ‘Ali bin Muhammad bin ‘Ali (740-816 M), tarekat ialah metode khusus yang dipakai oleh salik (para penempuh jalan) menuju Allah Ta’ala melalui tahapan-tahapan/maqamat.

Dengan demikian tarekat memiliki dua pengertian, pertama ia berarti metode pemberian bimbingan spiritual kepada individu dalam mengarahkan kehidupannya menuju kedekatan diri dengan Tuhan. Kedua, tarekat sebagai persaudaraan kaum sufi (sufi brotherhood) yang ditandai dengan adannya lembaga formal seperti zawiyah, ribath, atau khanaqah.

Bila ditinjau dari sisi lain tarekat itu mempunyai tiga sistem, yaitu: sistem kerahasiaan, sistem kekerabatan (persaudaraan) dan sistem hirarki seperti khalifah tawajjuh atau khalifah suluk, syekh atau mursyid, wali atau qutub. Kedudukan guru tarekat diperkokoh dengan ajaran wasilah dan silsilah. Keyakinan berwasilah dengan guru dipererat dengan kepercayaan karamah, barakah atau syafa’ah atau limpahan pertolongan dari guru.

Pengertian diatas menunjukkan Tarekat sebagai cabang atau aliran dalam paham tasawuf. Pengertian itu dapat ditemukan pada Tarekat Qadiriyah, Tarekat Naqsyabandiyah, Tarekat Rifa’iah, Tarekat Samaniyah dll. Untuk di Indonesia ada juga yang menggunakan kata tarekat sebagai sebutan atau nama paham mistik yang dianutnya, dan tidak ada hubungannya secara langsung dengan paham tasawuf yang semula atau dengan tarekat besar dan kenamaan. Misalnya Tarekat Sulaiman Gayam (Bogor), Tarekat Khalawatiah Yusuf (Sulawesi Selatan) boleh dikatakan hanya meminjam sebutannya saja.

Tarekat Naqsyabandie

Sumber: Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.

Tarekat Naqsyabandiyah merupakan salah satu tarekat sufi yang paling luas penyebaran nya, dan terdapat banyak di wilayah Asia Muslim serta Turki, Bosnia-Herzegovina, dan wilayah Volga Ural.

Bermula di Bukhara pada akhir abad ke-14, Naqsyabandiyah mulai menyebar ke daerah-daerah tetangga dunia Muslim dalam waktu seratus tahun. Perluasannya mendapat dorongan baru dengan munculnya cabang Mujaddidiyah, dinamai menurut nama Syekh Ahmad Sirhindi Mujaddidi Alf-i Tsani (“Pembaru Milenium kedua”). Pada akhir abad ke-18, nama ini hampir sinonim dengan tarekat tersebut di seluruh Asia Selatan, wilayah Utsmaniyah, dan sebagian besar Asia Tengah. Ciri yang menonjol dari Tarekat Naqsyabandiyah adalah diikutinya syari’at secara ketat, keseriusan dalam beribadah menyebabkan penolakan terhadap cara yang menggunakan musik dan tarian, serta lebih mengutamakan berdzikir dalam hati, dan kecenderungannya semakin kuat ke arah keterlibatan dalam politik (meskipun tidak konsisten).

Kata Naqsyabandiyah/Naqsyabandi/Naqshbandi نقشبندی berasal dari Bahasa Persia, diambil dari nama pendirinya yaitu Baha-ud-Din Naqshband Bukhari. Sebagian orang menerjemahkan kata tersebut sebagai “pembuat gambar”, “pembuat hiasan”. Sebagian lagi menerjemahkannya sebagai “Jalan Rantai”, atau “Rantai Emas”.

 Doa Minta Hujan
Sebuah kisah penuh hikmah dizaman Shah Bahauddin Nashqband qs
Pada suatu saat musim kemarau panjang melanda Bukhara, orang -orang datang ke Qosrul Arifan untuk sowan kepada Shah Bahauddin Qs,
memohon berkah beliau untuk meminta hujan. Lalu shah Bahauddin Qs 
mengajak orang-orang untuk berjalan menyusuri lorong-lorong kota Bukhara, 
lalu bertemu dengan seorang ibu yang sedang menggendong bayi didekapannya
” Sudi kiranya Ibu menyusukan bayi anda” pinta Shah Bahauddin Qs
” Saya lebih tahu kapan saat menyusukan bayi ini” kilah sang ibu ” karena aku ibunya,
kenapa anda mesti repot-repot mengurus urusan yang anda sendiri tidak mengetahuinya”
Shah Bahauddin menyimpan kata-kata tersebut lalu disampaikan kepada khalayak prihal kejadian tersebut.
Sumber: Idris Shah

Syaikh

 Hadrat Syaikh Muhammad Irfa’i Nahrawi An-Naqsyabandie QS.

adalah seorang Guru Mursyid Tarekat Naqsyabandie. 

Saat ini Beliau memimpin sebuah pesantren di Ciamis Jabar:Pondok Pesantren Naqsyabandie Indonesia
KASEPUHAN ATAS ANGIN
Syarok Dharmacaang Ciamis Jabar

Foto dapat dipesan secara khusus.
More Info: forstas@yahoo.com