Komentar Imam Mazhab Tentang Thariqat Sufiyah
1. Imam Abu Hanifah RA:
Imam Abu seorang imam mazhab dari empat mazhab terkenal, ternyata juga seorang Mursyid Thariqah Sufi.
Diriwayatkan oleh seorang Faqih Hanafi al-Hashkafi, menegaskan, bahwa Abu Ali ad-Daqqaq ra, berkata, “Aku mengambil Thariqah sufi ini dari Abul Qasim an-Nashr Abadzy, dan Abul Qasim mengambil dari Asy-Syibly, dan Asy-Syibly mengambil dari Sary as-Saqathy, beliau mengambil dari Ma’ruf al-Karkhy, dan beliau mengambil dari Dawud ath-Tha’y, dan Dawud mengambil dari Abu Hanifah Ra.
Abu Hanifah dikenal sebagai Fuquha ulung, ternyata tetap memadukan antara syariah dan haqiqah. Dan Abu Hanifah terkenal zuhud, wara’ dan ahlu dzikir yang begitu dalam, ahli kasyf, dan sangat dekat dengan Allah Ta’ala, berkah Tasawuf yang diamalkannya.
Jika ada pertanyaan, kenapa para Mujtahidin itu tidak menulis kitab khusus mengenai Tasawuf, jika mereka mengikuti aliran Sufi?
Imam Asy-Sya’rany, Mujathid dan Ulama besar mengatakan, “Para Mujtahidun itu tidak menulis kitab khusus mengenai tasawuf, karena penyakit-penyakit jiwa kaum muslimin di zamannya masih sedikit. Mereka lebih banyak selamat dari riya’ dan kemunafikan. Mereka yang tidak selamat jumlahnya kecil. Hampir-hampir cacat mereka tidak tampak di masa itu. Sehingga mayoritas Mujtahidin di masa itu lebih konsentrasi pada bidang ilmu dan mensistematisir pemahaman pengetahuan yang tersebar di kota dan desa, dengan para Tabi’in dan Tabiit Tabi’in, yang merupakan sumber materi pengetahuan, sehingga dari mereka dikenal timbangan seluruh hukum, dibanding berdebat soal amaliyah qalbiyah sebagian orang yang tidak banyak muncul”.
2. Imam Malik Ra.
Beliau mengatakan soal tasawuf ini dengan kata-kata yang sangat popular hingga saat ini:
“Siapa yang bersyariat atau berfiqih tanpa bertasawuf, benar-benar menjadi fasiq. Dan siapa yang bertasawuf tanpa bersyariat (berfiqih) benar-benar zindiq. Siapa yang mengintegrasikan Fiqih dan Tasawuf benar-benar menapaki hakikat kebenaran.”
3. Imam Syafi’i Ra.
Beliau berkata: “Aku diberi rasa cinta melebihi dunia kalian semua: “Meninggalkan hal-hal yang memaksa, bergaul dengan sesama penuh dengan kelembutan, dan mengikuti thariqat ahli tasawuf.”
4. Imam Ahmad bin Hambal Ra.
Sebelum belajar Tasawuf, Imam Ahmad bin Hambal menegaskan kepada putranya, Abdullah ra. “Hai anakku, hendaknya engkau berpijak pada hadits. Anda harus hati-hati bersama orang-orang yang menamakan dirinya kaum Sufi. Karena kadang diantara mereka sangat bodoh dengan agama.” Namun ketika beliau berguru kepada Abu Hamzah al-Baghdady as-Shufy, dan mengenal perilaku kaum Sufi, tiba-tiba dia berkata pada putranya “Hai anakku hendaknya engkau bermajlis dengan para Sufi, karena mereka bisa memberikan tambahan bekal pada kita, melalui ilmu yang banyak, muroqobah, rasa takut kepada Allah, zuhud dan himmah yang luhur (Allah)”
Beliau mengatakan, “Aku tidak pernah melihat suatu kaum yang lebih utama ketimbang kaum Sufi.” Lalu Imam Ahmad ditanya, “Bukanlah mereka sering menikmati sama’ dan ekstase ?” Imam Ahmad menjawab, “Dakwah mereka adalah bergembira bersama Allah dalam setiap saat…”
5. Imam Al-Muhasiby RA.
Abu Abdullah al-Harits Al-Muhasiby, wafat tahun 243 H, diantara karyanya adalah al-Luma’ dan Kitabul Washaya, yang sangat popular diantara kaum Sufi. Beliau pernah mengatakan berhubungan dengan perjuangan dirinya dalam mencapai wushul kepada Allah, melalui jalan Tasawuf dan tokoh-tokoh Sufi, “Amma Ba’du, sudah ada penjelasan, bahwa ummat ini terpecah menjadi tujupuluh lebih golongan Diantara golongan itu ada satu golongan yang selamat, Wallahu A’lam sisanya. Dan sepanjang usia saya, sering diperlihatkan perbedaan antara ummat. Saya mengikuti metode yang jelas dan jalan utama. Aku mencari ilmu dan amal. Saya menapak jalan akhirat melalui petunjuk para Ulama, dan saya memegang ayat Al-Qur’an melalui penakwilan para fuqoha’, dan aku merenungkan urusan ummat, dan menganalisa pandangan dan mazhabnya. Saya berfikir mengenai apa yang mampu, dan betapa banyak perbedaan yang begitu mendalam yang menenggelamkan banyak orang.
Hanya sekolompok manusia yang selamat. Saya melihat bahwa mereka berpendapat bahwa golongan merekalah yang selamat.
Setelah menggambarkan berbagai kelompok mazahab dan golongan, Al-Muhasiby mengatakan:
“Kemudian aku sangat mencintai mazhab kaum Sufi dan sangat banyak mengambil faedah dari mereka, menerima adab-adab mereka karena ketaatan mereka, yang sangat lurus, dan tak seorang pun melebihi mereka. Kemudian Allah membukakan padaku bukti-bukti tasawuf, keutamaannya mencerahkan jiwaku, dan aku berharap agar keselamatan ada pada orang yang mengakuinya, atau merias dengan perilakunya. Aku sangat yakin adanya pertolongan besar bagi yang mengamalkannya, dan aku pun melihat adanya pelencengan pandangan bagi yang menentangnya. Aku juga melihat adanya kotoran yang mengerak pada hati yang menentang tasawuf, dan terlihat pula adanya argumentasi yang luhur bagi yang memahaminya. Bahkan kemudian, aku mewajibkan diriku untuk mengamalkannya. Aku meyakininya dalam akidah rahasia batinku, dan meliputinya pada kedalaman rasaku, bahkan kujadikan tasawuf itu sebagai asas agamaku, dimana aku bangun amal-amalku, lalu di bangunan itu aku mondar-mandir dengan perilaku hatiku…….”
(Dari berbagai sumber)
Imam SyafiI berpendapat lain tentang Tasawuf.
Misalnya : Seandainya seseorang menjadi sufi pada
awal siang hari, maka sebelum tengah hari (zuhur) ia
akan menjadi orang dungu (Talbis Iblis, Ibnu
Al-Jauzi, hal.370).
Pernyataan beliau lainnya : Tak ada seorang pun yang
menlazimi (komitmen terhadap) sufiyah selama empat
puluh hari, melainkan akalnya tidak dapat kembali lagi
selama-lamanya (Talbis Iblis. Hal.370)
Omong kosong, Imam malik mencintai sufi, mana buktinya???
Komentar imam syafi’i jelas di talbis iblis, bisa dicek ada buktinya…
Pada jaman Imam Malik, tasawuf blom ada, apalgi jaman
Imam Abu Hanifah
Saya sarankan kembali ke Al Quran & Hadits,dan menjauhi bid’ah
“Pada hari ini telah aku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan aku telah cukupkan kepadamu nikmatku, dan aku telah ridhoi Islam ini menjadi agamamu”(Al-Maidah:3)
slam sudah sempurna, jadi tidak perlu ditambahi bidah seperti tassawuf…
Kata Tasawuf sekali pun tidak pernah disebut di dalam Al Qur’an dan Hadits yang sahih. Bukankah jika Tasawuf itu begitu penting dalam Islam tentu Allah dan Rasulnya akan memerintahkan manusia untuk belajar Tasawuf? Tidak mungkin Nabi yang bersifat “Baligh” (menyampaikan) menyembunyikan perintah Allah bukan?
Sebaliknya Nabi berkata bahwa setiap hal yang baru/diada-adakan (di bidang agama) adalah bid’ah dan sesat:
“Sesungguhnya perkataan yang paling baik adalah kitab Allah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ,dan perkara yang paling buruk adalah perkara yang baru dan setiap bid’ah adalah tersesat” ( H.R Muslim ) .
Paham Tasawuf, kasyf (tersingkapnya hijab, hingga seorang sufi bisa mengetahui hal ghaib), juga bertentangan dengan ayat Al Qur’an. Padahal Nabi SAW sendiri tidak mengetahui yang ghaib, bahkan jelas-jelas menegaskan bahwa Nabi SAW tidak tahu apa yang diperbuat Allah SWT untuk Nabi SAW sendiri esok (lihat dalam Bab Aqidah). Allah SWT berfirman:
“Katakanlah ! Tidak ada yang dapat mengetahui perkara yang ghaib dilangit dan di bumi kecuali Allah .” (An-Naml:65)
Salam Mas RAli,
Terimakasih atas komentar yang telah dikirimkan kepada kami. Kami senang mendapatkan komentar dari para sahabat yang banyak berilmu, cerdas, kritis(dengan maksud positif), dan memiliki hati yang bening, selalu ingin dekat kepada Allah. Semoga kita semua mendapatkan hidayah.
Sebagai saudara sesama ummat Muhammad, kita memang hendaklah saling mengingatkan.
Belajar / Menuntut ilmu, yang diniati mengikuti sunnah Rasul SAW, akan meningkatkan kedekatan kita kepada Allah. Orang yang berilmu-pun akan meningkat derajatnya, Insya Allah….
Naqsyabandie Qashrul ‘Arifin menggunakan 4 Mazhab, Mazhab Maliki, Syafi’i, Hanafi, Hambali.
Mengetahui hal ghaib, bertemu jin, karomah, seharusnya bukanlah tujuan orang2 ber-Thoriqoh. Walau setiap apa saja kejadian di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin, selama mendapatkan ijin dari Allah.
“Sangatlah mungkin Nabi sulaiman memiliki pasukan jin”
Tujuan ber-thoriqoh (tasawuf) (lihat: https://naqsya.wordpress.com/2007/08/03/tarekat/) adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah, dengan bimbingan Para Guru sebelumnya yang mendapat bimbingan dari Guru sebelumnya, dan sebelumnya, hingga pada Rasulullah. Ahlul silsilah Thoriqoh, biasa disebut The Golden Chain, (lihat Silsilah: https://naqsya.wordpress.com/2007/07/18/para-guru-naqsyabandie/), Para Guru Toriqoh Naqsyabandie, tema: Naqsyabandie.
Ilmu Thoriqoh lebih ditujukan kepada Para Wali (Kekasih) Allah, karena Para Wali Allah adalah pewaris Nabi.
Yang sangat harus dihindari adalah “belajar tasawuf/sufism, tanpa Guru (Pembimbing) atau tanpa Guru yang jelas Silsilahnya.” Inilah yang melahirkan aliran2 sesat, atau aliran kepercayan di Indonesia….
Mereka merasa mendapat petunjuk dari Malaikat Jibril, padahal petunjuk dari Ibliz. Kadang ada yang merasa mendapat petunjuk dari Sunan Kali Jaga, padahal dari “Paijo”. Ini tak akan terjadi bila mereka ber-toriqoh….
Untuk itulah Indonesia membentuk Majlis Mutabaroq Indonesia, beranggotakan Para Guru Thoriqoh seluruh Indonesia. Salah satu tujuannya adalah untuk regulasi : seleksi atas aliran Thoriqoh (mana aja yang diakui sebagai thoriqoh), agar masyarakat tidak bingung dan tersesat.
Kami senang melakukan musyawarah2 atau diskusi agama dengan tema tertentu.
Belum lama ini dengan cara yang aneh dan takterduga kami bertemu Prof. Dr. Art Buehler, Guru Besar Wellington University, yang menghabiskan banyak waktu untuk mempelajari Imam Rabbani, Naqsyabandi, dan Maktubat Imam Rabbani (Salah satu Guru dalam silsilah Naqsyabandie). Kami bertemu di Gedung Pasca Sarjana UGM, dalam kuliah kelas Internasional dan Konsorsium.
Yang kami petik dari dia adalah:
“Seseorang yang benar2 ingin meneliti Thoriqoh Naqsyabandie, tak dapat hanya dengan mengamati dan mempelajari”
“Dia harus melakukan dulu, baru benar-benar mereka mengetahui bagaimanakah thoriqoh itu sebenarnya,
beserta apa saja rahasia2 yang terkandung di dalamnya”
Maka, dia-pun masuk Islam dulu, kemudian ber-thoriqoh di Palestine, dan kemudian menelitinya. Di Palestine, Ia mendapat tugas dari Guru Thoroqoh-nya (dari Palestine) untuk mempelajari Maktubat Imam Rabbani, tapi dia tak tertarik sedikit-pun. Semenjak itu, di mana-pun dia datang, ke University di US, New Zealand, Turkey, dll ia selalu diminta untuk mempelajari Maktubat Imam Rabbani, bahkan didanai.
Setelah berthoriqoh menjadi bodoh???
“Seorang Art Buehler bukanlah orang bodoh setelah berthoriqoh Naqsyabandie !!! Dia justru menjadi Prof. Dr. !!!”
Presiden SBY, hingga sekarang masih berthoriqoh…. menjadi bodohkah dia?
Dan… he he he… Mas Ahmad Dhani, juga ber-Naqsyabandie…. bodohkah dia??? Dia memiliki manajemen yang bagus, lagu2 yang hebat…. Tapi Beliau bukan Guru Tarekat ya… Beliau Murid Thoriqoh Naqsyabandie.
Untuk berdiskusi lebih lanjut, silakan ajak teman2 Anda untuk berdiskusi tentang Toriqoh dan Bid’ah, atau ??? (apa saja).
Tema diskusi kami kali ini di Zawiyah adalah tentang Poligami.
Kami dengan senang hati akan menerima Anda semua
sebagai saudara sesama ummat Nabi Muhammad SAW.
Sebelumnya, hub: dedyaaa@yahoo.com
Lokasi Zawiyah kami:
Qashrul Arifin Plosokuning III Sleman Yogyakarta.
Salam,
Dedy
Jangan berprasangka pada buruk pada kaum sufi yang lurus ahlussunnah wal jamaah……………Awas……….karena daging nya ulama itu racun…………….dikhawairkan anda mati dalam keadan suul khotimah.
Semoga kita hidup dan mati beriman
Kita semua belajar mas…
Semoga kita semua mendapatkan hidayah
dari Sang Pencipta Langit dan Bumi.
Sepanjang jalan pencarian kita pada Tuhan Pencipta Alam Semesta, kita akan menemukan banyak pengalaman berharga….. (baik suka maupun tidak suka)
Apa-pun itu, semua itu datang atas seijin Allah…
Btw,
Dengan ber-thoriqoh, Naqsyabandie, membawa kita ikut merasakan sebagian perjalanan spiritual Para Guru Thoriqoh sebelumnya….
Mengapa berthoriqoh?
Guru Thoriqoh tertinggi/awal adalah Allah, Malaikat Jibril, Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar ra, dst….
Untuk berguru langsung pada Allah langsung….
kita tak akan mampu….
Nabi Musa pernah berdoa kepada Allah untuk bisa bertemu langsung di hadapan Allah….
Nabi Musa saja tak mampu, pingsan….
Gunung-pun tak mampu, hancur!
(Lihat Al-Qur’an ya… ayatnya cari sendiri…)
Bagaimana dengan kita ???
Jadi, kita juga gak bisa merasa paling suci,
paling masuk surga, paling taat beribadah dst….
Kita hanya berusaha melakukan yang terbaik….
Merasa banyak kesalahan:
Semoga Tuhan banyak memberikan Ampunan….
TASAWUF
Sejak jaman Rasul SAW ajarannya sudah ada,
istilah tasawuf blum muncul.
Ajarannya, thoriqoh, pernah diberikan Allah pada M Jibril as, pada Nabi SAW, pada Para Sahabat….
Yang berkembang pesat adalah yang melalui Ali ra, dan Abu Bakar ra.
Seperti Ilmu Matematika, mulai dinamakan, pertama oleh orang2 eropa…. Tapi sudah ada sejak jaman Islam.
Wah, Mas Syaifullah ada2 aja….
Masa’ dagingnya beracun…..
Jangan pernah kaya’ Sumanto ya…!!!
Hamzah ra, Paman Nabi, jantungnya pernah dimakan oleh Musuh…. (Namanya ???? Abu …..??? inget nggak?)
Yang kemudian mendapat hidayah, Masuk Islam….
Gimana tuh?
maaf, saya sangat bahagia dengan blog ini,
saya juga pengamal Thariqat.. dan saya tidak bodoh loh.. hahaha
memang hanya kaum yg mengutamakan HATI YANG TERBIMBING lah yg bisa menyelami kehidupan dengan penuh kasihsayang..
kaum sufi tidak pernah sedikit2 mengkafirkan orang lain. mengatakan sesat…
r ali mengatakan kita begitu,, ya biarkan saja, yg penting kita tunjukkan bahwa setelah bertaswuf semakin meningkat ibadah2 kita.. tul ga
kapan kita bikin forum soal Sufi di YAHOO MESENGGER?
asik kan
Salam Pak Steven,
Dengan berpengalaman bertasawuf,
Kita memang akan merasa bodoh/dungu dihadapan Allah,
yang Maha Pandai dan Maha Mengetahui….
Kita benar2 merasakan tiada, tanpa-Nya.
Segala yang terjadi atas ijin Tuhan.
Apa yang kita peroleh, sehari2…
kita rasakan atas pemberian Tuhan….
Kita akan merasa hina dan tak berharga lagi,
bila tanpa Tuhan beserta….
Makna tersebut di atas, hanya dapat dirasakan lebih dalam dan detail, oleh orang2 tasawuf…..
antony.muhammad@yahoo.co.id
Seseorang jika ingin pintar ya belajar, tetapi seseorang yang ingin tau Jalan atau petunjuk ya harus di cari. seseorang pintarnya bagaimanapun kalo gak tau jalan ia harus tanya pd orang yang tau jalan.
Semoga kita termasuk menjadi orang-orang yang beruntung, dan mendapatkan hidayah….
Yang dinilai Tuhan bukan pintarnya atau kayanya atau cantik/tampannya seseorang…..
Tapi bagaimana kita mensikapi atas semua yang kita peroleh dari Tuhan…..
//////////////////////////////////////////////////////////////////
Jadi, hendaklah kita mengetahui siapa diri kita.
Jika kita kopi, kita harus tahu bahwa kita pahit rasanya…
Jangan berkecil hati dulu…
Kita cari gula, air panas mendidih…!
Maka, jadilah kopi yang berguna…….
Jangan menyesal menjadi kopi,
Karena Tuhan menciptakan untuk menjadi kopi.
///////////////////////////////////////////////////////////////////
Nek jadi paku, jangan marah kalau kita sering dipukul2…
Dengan menancapnya diri ke tembok, kita akan berguna….
//////////////////////////////////////////////////////////////////
Lihat diri Anda…..
Siapakah Anda ????
Tanyakan pada Ahlinya….
Engkau akan dibimbing agar
mampu melihat siapa dirimu sebenarnya…
Agar diri ini menjadi lebih berguna,
mampu berjalan sesuai dengan keinginan Tuhan.
“Kalau kita kopi, jangan coba-coba menjadi garam”
Kita tak akan pernah puas menjalani hidup ini kalau begitu inginnya…..
“Garam yang ingin jadi kopi????” Sama saja….
///////////////////////////////////////////////////////////////////
Ex. Aplikasi…..
Kalau kita ber IQ rendah, ya… ujiannya : bersabar dalam menuntut ilmu….
Lihat, mungkin punya kelebihan lain….
Kalau ber IQ tinggi, hati2, ujian kita : Jangan Sombong (apalagi dihadapan Tuhan dan Para Kekasih-Nya), jangan suka ngakalin orang, dst….
///////////////////////////////////////////////////////////////////
Tuhan telah membekali Ilmu yang lengkap dalam sistem diri seseorang. Seorang itu belajar untuk menggalinya atau membahasakannya….
//////////////////////////////////////////////////////////////////////
mudah2an kt termasuk org yg beruntung (amin), memang kbanyakan seseorang terlalu mengandalkan akal fikirannya, padahal bagaimanapun hebatnya akal hanya dapat mengetahui tanda2 keberadaan Allah & tidak mengetahui keberadaan Allah. hebatnya akal bsa mengetahui planet dsb toh itu semua hnyalah makhluk Allah. oleh krn itu utk menuju/mengenal Allah harus melalui org yg kenal Allah. smoga kt terbimbing
sy pernah mendengar ada sseorang ahli filsafat kenamaan dr inggris, dia berlari2 sambil membawa obor sprti org gila, lantas ada yg bertanya knp kau lakukan ini, ia menjawab setiap aku menemukan kejernihan berfikir disana aku temukan kebuntuan, shgga aku kesana kemari membawa obor untuk memperoleh cahaya kebenaran ( yg tersembunyi ) itu.
stelah sy membaca komentar 1: memang kebanyakan org melihat tasawuf/thoreqoh dr namanya shingga seolah2 ini ajaran baru, seharusnya mereka harus melihat apa yang diajarkan dlm thoreqoh, dlm thoreqoh diajarkan nertaubat, sholat malam, berdzikir dsb. skr pertanyaannya apakah pelajaran2 itu baru, kita semua tahu, kalo taubat, sholat, dan dzikir adl perintah Allah, lantas mana yg bid’ah ?
kalo yang saya amati bid’ah petama kali yang dilakukan oleh kebanyakan org adl Syirik kpd Allah, inilah perbuatan yg tidak pernah dilakukan oleh Rasul. bidah selanjutnya adl sifat2 tercela sprt ujub, takabbur, riya’, rakus dsb. ini jg gak pernah dilakukan oleh Rasul, sdgkan dlm thoreqoh mengajarkan ikhwan untuk memerangi itu semua. lantas mana dlm thoreqoh ada bid’ahnya.
Salam……
Setahu koe semua yang ber-islam, mengharap ridlo Allah swt, pada KEMBALI ke AL-QUR’AN dan SUNNAH. cuma masalahnya cara ‘kembalinya’ yang beda2. ada yang kembali dengan akalnya doang. ada yang kembali dengan nafs-nya. ada yang dengan kedua2nya, nafs (jiwa) dan akalnya. tetap saja keduanya itu tidak bisa dipercaya. krn yang bisa menjadi sumber cahaya hanyalah HATI. dan para sufilah yang ‘kembali’ dengan menjalankan HATI-nya dengan bimbingan Mursyidnya. dalam bingkai pendidikan yang kemudian di sebut Thorekot. secara keseluruhan, oleh para ‘ilmuwan’, mulai dr ajaran sampai padakekhasan fisiknya di sebut sufi/tasawwuf. Gitu aja kok repot!!!!
seandainya, semua tetek bengek atribut yg diterakan oleh para ‘cendekiawan’ itu di namai dengan DUREN atau JAMBU misanya, tetap saja mereka, kaum DUREN eh sufi, akan memilih menjalankan HATI-nya, bukan akal juga bukan nafs-nya.
aslamkum. Salam ta’dim kami pada para guru-guru Naqsyabandie, semoga tarekat naqsyabandie selalu jaya dalam berkiprah menuntun generasi-generasi berikutnya menjadi generasi yang rabbani. Dengan berkah dan cintakasih para guru-guru mursyid yang Mulia, semoga memudahkan Generasi putra-putri naqsyabandie memahami dan melaksanakan segala yang diperintah Allah Swt dan Rasulullah Saw. Amin
Ass.Saya ingin bertanya kpda saudara r Ali yang lebih pintar Apakah istilah ‘ilmu fikih’ada dalam Alquran dan Al hadits?? kalau anda menganggap sesat ilmu tasawuf hanya karena istilah ilmu tasawuf tidak ada dalam alquran dan Alhadits,maka ilmu fikih pun pasti juga sesat.Coba anda cari dan tunjukkan kepada saya Ayat alquran atau alhadits yang didalam nya ada istilah ilmu fikih??
Wah, Pe De sekali menyebut diri Hamba….
Hamba Allah adalah gelar tinggi…
Semoga Sang Budak dapat benar2 menjadi Hamba Allah.
Karena banyak orang menyatakan diri sebagai
Hamba Allah.
Tapi Saykhina pernah bertanya :
“Engkau Hamba Allah ataukah hamba nafsu ?”
Misalnya:
Kalau kita mau menolong orang,
kita harus bertanya pada diri,
kita menolong karena nafsu kita
ataukah karena perintah Allah….?
So, semoga kita benar2 mampu menjadi hamba Allah, bukannya hamba nafsu.
Amin.
Simple saja, yang penting jika sesuai dan tidak menyimpang dari Alquran dan Al hadits serta sesuai tuntunan Nabi SAW. Tidak ada masalah dengan yang namanya sufi, tarekat naqsyabandie, tasawuf dll
Tetapi kalau menyimpang dan tidak sesuai syari. itu bid’ah namanya !!! Syetan itu sangat licik dalam menjerumuskan manusia. Syetan akan menjerumuskan manusia yang berkaitan dengan akidah “gray area”. Nampaknya seperti baik tetapi sebenarnya tidak benar karena tidak sesuai syariat. Hati-hati karena kalau akidah kita menyimpang tanpa kita sadari syirik namanya.
Mari kita kembali ke Al-qur’an dan A-hadist serta tuntunan Nabi SAW. Semoha Allah SWT selalu melindungi dan membimbing kita dijalan yang lurus. Amin.
Terimakasih atas kunjungan Mas Abu.
Untuk melihat bidah atau tidak, silakan berkunjung ke kasepuhan atas angin. Jika Anda bukan Ahli Quran Hadits, Anda bisa datang dengan membawa serta rekan2 Anda, Ahli Quran dan Ahli Hadits Anda. Jika Anda sendiri, siapa yang membimbing Anda agar terjamin sesuai dengan Quran dan hadits dalam setiap langkah? Jika Anda ragu dengan langkah Anda di kemudian hari, siapa yang akan membimbing Anda ? Apakah anda akan berijtihad dengan kemampuan anda sendiri ? Akal manusia (IQ) dan perasaan manusia(EQ) sangatlah terbatas.
Tarekat Naqsyabandi dilakukan untuk menguatkan kita dalam beristiqomah dalam ibadah dan pendekatan diri kepada Allah, menuju daerah ma´rifatu Allah. Sehingga lebih mengenal Allah. Jika seseorang akan menuju daerah tersebut, seseorang membutuhkan Guru Pembimbing yang benar, biasa kami sebut Mursyid, tanpa itu, sudah pasti gurunya adalah Syaitan. Jika Anda tidak menuju daerah tersebut, tak membutuhkan hal itu. Naqsyabandi tidak untuk umum, tapi untuk Para Kekasih saja.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan taufik dan hidayah kepada kita semua. Amin.
rali……….jgn sok sunni, trus org tidak sepaham dgn anda bid’i. lihatlah diri kita masing2…apakah sesudah sesuai dengan ajaran rasul bukan hny lahirnya saja, tp juga bathin.
amin semoga kita menjadi org beruntung. Ya……banyak dosa, trus beruntung diberi Tuhan Taubat dan keampunan. aminnnnnnnnn
Salam Persaudaraan dari Medan..
Jamaah Thariqat Naqsyabandiyah Babussalam Langkat.
Terimakasih atas kunjungannya. Maaf, kalau hari ini tidak dijamu dengan baik. Mengingat bulan ini bulan Ramadhan.
Semoga kita semua mendapatkan ridho-Nya. Amin.